Minggu, 06 Mei 2012

Kurakuraku

Diposting oleh Unknown di 12.33

Saya seekor kura-kura yang berusia sekitar empat  tahun sejak majikan saya yang bernama Nabil membeli saya di  tantenya yang berjualan di SD tempatnya bersekolah. Waktu itu saya masih berumur 3 bulan. Usia yang cukup belia untuk mengenal dunia baru. Tadinya saya tinggal di tempat penangkaran dan setelah saya menetas dari telur saya di jual belikan. Ya memang seperti ini hidup saya,  selalu sebatang kara. Saya bertemu dengan teman saya sewaktu kami sama-sama dijual kepada Pak Kustono, dan menjual kami ke SD dengan perantara tante Siti. Teman saya menamai dirinya Leonardo. Katanya nama tersebut diambilnya dari anak kecil yang sedang girang menonton kura-kura ninja di Tivi saat itu. Sejak kapan ia tahu televisi dan kapan ia pernah mendengar nama itu?
“Dua minggu yang lalu sebelum saya dipindahkan ke akuarium di ruang tamu. Saya berada di akuarium depan Tivi. Amboy, wanita disana cantik-cantik. Kami sering menonton tivi bersama-sama” jelasnya.
“Enak sekali hidupmu .. Saya selalu diruang tamu sejak masuk kerumah ini.” Keluh saya.
“Nikmati saja lah, Boy...” tukasnya santai. “Amboy...” kejutnya sambil menyenggol pantat saya dengan cangkangnya.
“Ada apa Leo?” tanya saya.
“Nama kau siapa?” pertanyaan yang selalu bingung saya jawab, karena sejak pertama masuk kesini saya menunggu nama dari majikan yang mau membeli saya.
“Saya tidak tahu Leo...” kata saya gamang.
“Oke, namamu Morgan saja. Biar kayak boyband yang lagi top di Tipi-tipi itu.” Leonardo kembali menyenggol pantat saya dengan cangkangnya.
***
Hari ini cuaca sangat panas. Namun karena kami di air, jadi kami dapat mengontrol suhu yang ada diluar maupun di dalam cangkang. Tiba-tiba seekor bidadari turun dari langit datang dihadapan kami. Kura-kura kecil itu berparas ayu, setiap kali para jantan menatap wajahnya. Ketegangan muncul didalam benaknya. Dasar memang pikiran mereka yang primitif menurut saya. Pikiran mereka yang selalu pengen kawin sebelum waktunya. Para betinapun dengan sigap tak ada yang mau berteman dengannya karena keirian dan kesirikan yang terlalu tinggi.
“Boy, sapalah wanitamu...” bujuk Leonardo.
“Saya kura-kura kampung Leo, tak sama seperti kamu yang pernah tinggal diakuarium depan Tivi.” Jawab saya lemah.
“Cinta tak memandang rupa , Boy... kejarlah cintamu...”
Dari kata-kata Leonardo yang terdengar dibagian pendengaran saya. Saya merasa cangkag saya menegang dan ingin berdiri tegap melawan ketidakadilan, bukan ingin kawin. Saya mulai memberanikan diri mendekati kura-kura betina itu. Hanya satu yang saya ingin tahu, namanya dan berharap kami bisa berjalan mengelilingi akuarium dan mengobrol berdua, tanpa ada seekorpun yang menggangu. Saya mulai berenang mendekati betina cantik itu. Betina itu membalas senyuman saya dengan ramah.
“Hai...” sapa saya gugup.
“Iya...”  balasnya.  Wow.. suaranya merdu sekali bak seruling neptunus yang mengalun indah di tengah samudra sana.
“Nona, bolehkah saya tahu nama mu?”
“Iya, Tuan. Nama saya Jesica...” jawabnya sambil tersenyum kepada saya. Jesica sangat ramah kepada saya. Ia tak memandang kasta diantara kami berdua, antara si jelek dan si cantik. Dan impian saya pun tercapai pada hari minggu bulan ke delapan yaitu mengelilingi akuarium bersama dengan Jesica. Kami berdua sepakat akan bertemu dipojok akuarium, diantara karam-karam buatan didalamnya. Saya tak bisa tidur pada malam harinya. Saya selalu membayangkan dapat menyengol pantatnya seperti yang dilakukan Leonardo ke saya. Namun, dia betina yang saya cintai. Saya tak pernah memungkiri kalau saya sudah jatuh hati padanya sejak lama. Sejak pertama ia dipindahkan ke akuarium ruang tamu.
Pagi ini saya bersiap-siap dandan, mandi di tempat pengeluaran oksigen yang segar. Saya berencana mengajaknya makan diatas pada jam makan siang. Dan mengajaknya jalan-jalan ditaman karang tengah akuarium. Disana pasti bayak kura-kura yang sedang memadu kasih. Pada saat perjalan saya menuju karang pojok akuarium tiba-tiba ada seorang anak laki-laki menunjuk-nunjuk saya.  Kemudian dengan sigap pak Kustono mengambil jaring dan meletakkan saya didalam setoples kecil berbentuk rumah-rumahan manusia. Manusia sungguh kejam. Sejak saat itu saya tidak pernah tahu kabar tentang Jesica. Mungkin dia sekarang sudah kawin dengan jantan lain pikir saya. Dan saya sendiri didalam ember besar dirumah majikan saya yang bernama Nabil. Saya sempat terlepas dari penjara ember hitam. Namun, naas kembali ditemukan oleh Nabil. Malam ini saya bertekat untuk lepas, saya hanya ingin mengatakan sesuatu kepada Jesica bahwa saya telah mencintainya dan menunggunya hingga  empat tahun ini. Bilamana ia telah kawin dengan jantan lain, saya tetap akan menyatakan rasa ini. Walaupun saya akan mati dijatuhi kepala dan tangan saya oleh cangkang jantanya.
Impian saya pupus sudah ketika saya ditemukan oleh kakak Nabil yang bernama Lintang. Dia menjerit ketakutan ketika saya keluar dari ember hitam. Dan saya dikembalikan lagi didalam ember hitam.
Saya masih merenung dimalam ini. Membayangkan Jesica yang tumbuh dewasa seperti saya. Dan ia sangat cantik pastinya...  

0 komentar:

Posting Komentar

 

Kopi Gudeg Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting