peri kecil dihati Mars

Friska adalah seorang peri yang selalu membuat ulah di Negeri Venusia. Negeri para peri yang damai dan tentram. Prisilia tak mengerti mengapa Tuhan tega melahirkan keturunan yang sangat menggangu kestabilan dan ketertiban di Negeri Venusia tercinta. Setiap hari Prisilia dan suaminya, Fransisco. Selalu diejek oleh teman-teman se-profesinya sebagai cupid alias peri cinta di Bumi.

Pada suatu ketika Friska yang masih duduk di Sekolah menengah pertama alias SMP di Negeri Venusia, membuat ulah lagi. Kali ini gerbang dunia manusia pun ia buka. Sialnya ketika ia sedang menginjakkan kaki ke Bumi. Ketua panglima cupid menariknya dan membawanya ke pengadilan untuk diadili karena kecerobohannya membuka gerbang dunia manusia. Prisilia dan Fransico menangis terisak. Mereka tak menyangka Friska akan di hukum sangat berat. Friska dihukum untuk melaksanakan tugasnya di Bumi yaitu merubah sifat seorang cowok hingga dia mendapatkan cinta sejatinya. Maka di bukalah gerbang dunia manusia. Dan turunlah seorang peri kecil yang bernama Friska ke Bumi.

***

Pagi ini hujan cukup deras menguyur kota Jakarta. Ibukota Indonesia yang di isi oleh berjuta-juta makhluk dari berbagai bentuk. Teriakan para fans makin membahana. Tatkala Mars keluar dari rumahnya. Karpet merahpun digelar untuk menyambutnya.

“Tuan...Ibu telepon...”kata seorang pria tua dari belakang. Namanya Setyo. Dia adalah ketua pelayan sekaligus sebagai menejer Mars. Maklumlah kelurga Mars sangat kaya raya. Ayah dan Ibunya yang bekerja di luar negeri sebagai Duta Besar Republik Indonesia di Jepang.

“Halo...Mama, doshite¹?” tanya Mars kepada ibunya.

“Daijobu²...Mama hanya ingin kau tinggal di sini bersama Mama.”

“Gomenne³...Aku sibuk.” seru Mars sambil mematikan teleponnya. Sudah sampai keseribu kalinya ibu Mars membujuknya untuk tinggal di Jepang. Tapi, memang dasar si Mars yang berdarah seperti ayahnya, berdarah Indonesia yang cinta dan ingin selamanya tinggal di Indonesia. Ibu Mars adalah seorang wanita keturunan Jepang. Ayah dan ibunya bertemu di Jepang dan saling jatuh cinta. Akhirnya mereka berdua menikah dan melahirkan Mars. Anak satu-satunya yang mereka sayangi.

“Pak tolong batalkan semua scedule hari ini. Aku tak bersemangat lagi. Aku ingin tidur saja.” perintah Mars sembari menuju ke kamarnya yang terletak di lantai atas. Dalam sekejap seluruh kegiatan-kegiatanya dapat dibatalkan, memang Pak Setyo pekerja yang profesional.

***

Hujan masih turun cukup deras. Mars merebahkan tubuhnya di ranjang empuk yang terbuat dari bahan-bahan terbaik di dunia. Sebuah cahaya terang terpancar dari jendela kamar Mars. Si peri kecil turun ke Bumi. Seorang peri yang diutus ke Bumi karena ulahnya membuka pintu yang dilarang di Negeri Venusia, negeri para peri. Friska nama peri kecil itu.

“Oh...ini manusia?Ternyata dia seperti aku. Tapi, dia tak mempunyai sayap seperti aku.” gumamnya sembari melihat-lihat isi kamar Mras.Prakk!!!Mars terbangun dari tidurnya. Samar-samar dia melihat seorang perempuan kecil yang bersayap.

“Ah...mungkin itu hanya mimpi.” gumamnya dalam hati. Mars terlelap kembali dalam mimpinya. Friska duduk di samping Mars sambil menatapnya hingga dia terbangun dari tidurnya.

“Hua...,” teriak Mars. Wajahnya begitu pucat melihat makhluk aneh yang duduk di sampingnya. “Kau siapa?”tanyanya.

“Aku Friska...ini apa?” Friska memegang liontin yang dipakai oleh Mars.

“Jangan Sentuh!” getak Mars. Sejurus kemudian terdengar suara langkah kaki mulai mendekati ruangan.

“Permisi Tuan...ada yang bisa Saya bantu?” tanya Pak Setyo sambil mengetok pintu ruangan.

“Tidak apa-apa, Pak Setyo...” jawab Mars.

“Oh ya, Saya permisi dulu...” balas Pak Setyo sopan.

Tanpa sepengetahuan Mars, Friska mengambil liontinya. Dan membuka liontin itu. Didapatinya foto Mars dan foto seorang wanita yang cantik seperti seorang putri yang turun dari surga. Mars menyambar liontinya dengan kasar. Wajahnya terlihat sangat marah.

“Keluar kau dari rumahku!” getak Mars.

Friska menyesal telah melakukan hal itu. Bagaimana Friska dapat melanjutkan tugasnya?Apakah dia akan selamanya tinggal di Bumi?Pikiran itu yang terlintas di otaknya. Dia terbang jauh keluar dari jendela. Meninggalkan Mars sambil meneteskan air mata. Friska duduk di sebuah taman sambil menangis terisak memanggil nama ibunya. Sebuah sapu tangan biru muda tiba-tiba muncul di hadapanya. Seorang laki-laki muda menyodorkan sapu tangan itu dari belakangnya. Di sapu tangan itu tertulis nama ‘Mars’. Friska memandang laki-laki itu.

“Mengapa kau tahu aku di sini?” tanya Friska.

“Karena bulu ini...” Mars menunjukkan bulu sayap Friska yang jatuh. Friska ingat pesan ibundanya sebelum ia berangkat melaksanakan tugasnya ke Bumi.

“Bulu itu akan jatuh satu per satu bila kamu melakukan kesalahan. Sayap dan dirimu akan lenyap bila kamu melakukan kesalahan besar, Anakku...” kata-kata itu yang terlintas di benak Friska.

“Oh...maafkan aku..,” pinta Friska.“Namamu Mars ya...bolehkah aku tinggal bersamamu?Aku ke sini ditugaskan untuk membantumu. Jadi, setelah tugas ini selesai aku akan pergi.” Tambah Friska meyakinkan.

“Membantu apa?Aku tak perlu bantuanmu.” tegas Mars.

“Tolong aku...” bujuk Friska. Mars merasa tak tega melihat wajah Friska yang memelas. Dia putuskan untuk mengangkat Friska menjadi asisten pribadinya. mereka berjalan ke rumah. Pak Setyo sudah menunggu di depan rumah.

“Tuan nyonya sakit keras. Nyonya rindu dengan anda. Anda harus terbang ke Jepang sekarang juga.” Kata Setyo. Mars langsung pergi ke Jepang bersama Friska. Tak banyak pertanyaan mengenai Friska yang meluncur dari Pak Setyo. Karena beliau tidak melihat sayap yang dimiliki oleh Friska.

***

Perjalanan dari Indonesia ke Jepang membutuhkan waktu yang membuat pantat terasa panas. Delapan jam adalah perjalanan yang melelahkan. Friska yang untuk pertama kalinya naik pesawat terbang histeris ketakutan.

Mereka turun di Tokyo Airport. Dan melanjutkan perjalanan ke Rumah Sakit Tokyo untuk melihat keadaan ibu Mars.

“Kamar 201...” gumam Mars lirih. Terlihat dua orang bodyguard menjaga kamar yang terdapat di ujung koridor rumah sakit. Di bukanya pintu itu oleh Mars. Ibu Mars terlihat begitu lemah tak berdaya menahan sakit yang bertahun-tahun telah dideritanya.

“Mars...” panggil ibunya.

“Iya Mama...aku di sini.” Bisik Mars lirih. Sekitar satu jam mereka mengobrol tanpa henti. Mars terlihat berwibawa dan penuh kasih sayang. Mungkin kalau dia mencalonkan diri sebagai Presiden Indonesia tahun 2009 besok, banyak dukungan yang mengalir untuknya. Rekor Muri gitu loh... Indonesia dapet Presiden yang mempunyai skill yang bagus and than... tampang yang melebihi rata-rata...

“Mama, Mars pergi dulu... besok Mars ke sini lagi.” pamit Mars kepada ibunya.

“Baiklah Mars...kalau itu maumu.” jawab ibunya lemah.

“Permisi Nyonya...” jawab Friska. Ibu Mars membalasnya dengan senyuman yang hangat. Friska membuntuti Mars kemanapun dia pergi, kecuali ke kamar mandi, kamar tidur, dan ganti pakaian. Itulah pekerjaan Friska sekarang.

“Mars aku pengen pipis...”

“Ya udah sana pipis!”

“ Aku gak ngerti...aku binggung.” Seorang perawat lewat di depan mereka.

“Sumimasen, toire wa doko desu ka⁴?” tanya Mars ke perawat itu.

“Kochira desu⁵.” Kata perawat itu sambil menunjuk ke arah kanan.

“Arigatou gozaimazu⁶...” balas Mars.

Friska berlari ke kamar mandi yang telah ditunjukkan oleh Mars. Lama Mars menunggu di depan kamar mandi wanita. Banyak para wanita yang terpesona akan ketampanannya. Sampai ada seorang wanita yang salah masuk ke kamar mandi cowok. Bayangin aja...

“Lama sekali.” Seru Mars.

“Maaf...” jawab Friska. Mars menarik tangan Friska. Mereka pergi ke menara Tokyo. Tempat paling tinggi di Jepang, koreksi tempat tertinggi ke dua setelah Gunung Fujiyama. Dari atas terlihat pemandangan kota Tokyo yang indah dan ramai. Maklumlah mereka datang ke sini saat sore hari. Terlihat dari kejauhan Gunung Fujiyama yang sangat indah. Alunan musik artistik dari Fujji Fumiya ‘True Love’ mengiringi suasana sore yang tenang dan damai.

“Mars...” panggil Friska.

“Ya...ada apa?”

“Boleh tanya sesuatu gak?”

“Apa?”

“Hay...Mars...” sapa seseorang dari belakang. Mars berbalik ke belakang dan terdiam tanpa kata. Wajahnya yang begitu lembut berubah menjadi kebencian. Wajah wanita itu sepertinya pernah dilihat oleh Friska.

“Kau...” kata Mars sambil menarik tangan Friska menjauhi wanita itu. Wajah Friska berubah menjadi merah padam. Jantungnya terasa berdebar kencang. Sudah kedua kalinya tangan kecilnya di tarik oleh Mars.

“Mars...siapa wanita itu?” tanya Friska. “Dia wanita yang kau cintai bukan?” tambah Friska. Mars melepaskan tangan Friska dengan kasar.

“Kau diam saja.”

“Aku tahu, aku datang ke sini untuk membantumu mendapatkanya.” jelas Friska.

“Itu bukan urusanmu,” Balas Mars kasar. “Dia yang pergi meninggalkanku.” tambahnya.

“Aku akan membantu menemukanmu dengannya. Tapi, mungkin kamu perlu latihan agar tidak berkata kasar bila di depannya.” Saran Friska.

“Terimakasih...” balas Mars.

***

Berhari-hari Mereka berdua latihan untuk mengucapkan kata ‘I love You’, ‘Will you marry me’ dan banyak lagi. Di rumah sakit, hotel sampai di kamar mandipun latihan penuh tawa di laksanakan.

“Hari ini kita akan kemana Mars?” tanya Friska memecah lamunan Mars.

“Kita akan ke Taman Ritsurin...”

Salah satu diantara banyak taman tradisional yang sangat luas di Jepang. Taman indah dengan lahan seluas 780.000 km² ini dibangun pada periode edo (1603-1868). Tempat yang cukup luas untuk mempraktekan ajaran-ajaran cupid gadungan itu. Manda nama wanita cantik itu. Manda sudah menunggu cukup lama. Terlihat dia duduk di kursi panjang di tengah taman.

“Hai...” sapa Mars. Friska pergi menjauhi mereka berdua. Sayap-sayapnya mulai rontok satu per satu. Peri kecil itu telah jatuh cinta dengan manusia. Peri kecil itu menangis karena dia telah melakukan kesalahan yang besar karena dia telah mencintai seorang manusia.

“Kenapa kau pergi, Friska?” tanya Mars yang sedari tadi berdiri di belakang Friska.

“Bagaimana?Diterima?” tanya Friska sambil menghapus air matanya yang mengalir tanpa henti.

“Maafkan aku...ternyata aku tak mencintainya...,” jawabnya. “Ternyata aku mencintai seorang peri kecil yang ada di depanku.” Tambahnya.

“Tap..i...”

“Aishiteru...koko ro no nakade anata dake⁷...” potongnya.

“Kamu nggomong apa?Aku gak ngerti.” Jawab Friska polos. Bulu-bulu Friska mulai rontok. Tubuhnya mulai menghilang samar-samar.

“Aku cinta padamu Peri kecilku...” teriak Mars ketika Friska lenyap hilang entah ke mana.

Furikaeru to itsumo kimi nga waratte kureta

Kaze no you ni sotto mabushi sugite me wo

Tojite mo ukande kuru yo Namida ni kawatteku

Kimi dake wo shinjite kimi dake wo kizutsukete

Bokura wa itsumo haruka haruka tooi mai wo

Yumeme teta hazusa....(True Love, Fujji Fumiya)

Kosa kata :

¹Doshite : Ada apa?

²Daijoubu : tidak apa-apa.

³Gomenne : Maaf.

⁴Sumimasen toire wa doko desu ka? : Permisi, Wc dimana ya?

⁵Kochira desu : Lewat sini.

⁶Arigatou gozaimazu : Terimakasih

⁷Aishiteru koko ro no nakade anata dake : Aku mencintaimu, hanya kau satu satunya di hidupku.