Senin, 28 Februari 2011

Kebahagiaan dalam sebuah kesialan

Diposting oleh Unknown di 20.36 0 komentar
sungguh ketika matahari mulai menampakkan sinarnya yang menusuk  sampai ketulung-tulang, dan saat itu juga aku bangun dari tidur yang panjang. kadang memang terasa agak sulit untuk bangun di pagi-pagi buta karena katup mata sulit untuk dibuka.

masih dengan suasana pagi yang dingin, suara gemericik air mengurungkan niat untuk mandi, dan samapai pada saatnya untuk kembali menghadapi sang air di pagi yang dingin. rintik hujan masih menentes dipagi itu. dingin sungguh terasa...

dari kejauhan suara sepeda motor nyaring berbunyi. sungguh pagi yang berisik. membuat mimpiku yang indah menjadi sutau bencana di pagi hari.

***

jalanan menuju kampus sangat ramai, mungkin karena kuliah perdana atau gara-gara pada lupa jadwal kuliah.
"Lintang...."teriak salah seorang teman dari kejauhan.
"Iya..selamat pagi..." jawabku agak linglung.
"melek tang!"
"Hah iya..iya..."

Pagi ini terasa kosong, hampa dan aneh...mungkin karena baru pertama kali setelah sebulan lamanya tak pernah bercanda tawa dengan mereka...
"Eh..kok temen-temen aku pada gak ada ya?" tanyaku agak linglung.
"Nah loh...emang kamu kuliah jam ke berapa?"
"kayanya jam segini deh..."
"Coba deh kamu cek jadwal lagi..."
"Buset deh..parah gila..salah jadwal aku!!"
"ye..linglung lu..."
"haduh malu berat nih..."
bress.......
hujan turun lagi menguyur pagi yang dingin.
"sial semua gara-gara hujan~
tambah malu!!!

Sabtu, 12 Februari 2011

peri kecil dihati Mars

Diposting oleh Unknown di 21.35 0 komentar



7Aishiteru koko ro no nakade anata dake : Aku mencintaimu, hanya kau satu satunya di hidupku.

The Secret of My Heart

Diposting oleh Unknown di 21.28 0 komentar

 Seorang cewek berusia sekitar 18 tahun itu sedang berdiri mematung di depan stasiun. Entah apa yang sedang dipikirkannya, raut wajahnya terlihat sedikit cemas. Terlihat dari kejauhan seorang pria memakai jaket dan topi hitam mendekati cewek itu. Cewek itu bernama Kartika seorang cewek lugu dari desa, yang ingin menuntut ilmu di kota kembang, kota yang tak pernah absen dari dunia pendidikan dan tak pernah absen dari kerasnya kehidupan.
“Lama banget kamu, Yos...” kata Kartika manyun. Yosi nama pria berjaket dan bertopi hitam itu.
“Maaf hari ini aku ada kelas di kampus.” Jawabnya sambil membawakan sebuah koper besar milik Kartika, sementara Kartika membawa sebuah tas ransel yang penuh sesak barang-barangnya. Mereka menaiki sebuah sepeda motor yang mengantarkan mereka ke rumah kos cewek di dekat kampus. Dua orang teman Kartika menunggunya di depan rumah kos. Tiara dan Andin nama cewek itu.
“Sampai juga... Tik.” Sambut Andin. Sementara Tiara menunjukkan kamar Andin yang berada di samping kamar mandi. Yosi duduk di sofa ruang tamu yang empuk. cowok itu terlihat kecapekan setelah mengangkat koper yang entah beratnya hingga berapa ton sampai dia ingin pingsan dibuatnya. Andin menyiapkan air minum dan memberikannya kepada Yosi yang sedang duduk di ruang tamu.
“Cinta mati lo...sampai segitunya.” Sindir Andin. Wajah Yosi merah padam mendengar sindiran Andin. Kartika dan Tiara berjalan mendekati ruang tamu. Dan duduk di samping Andin dan Yosi.
“Makasih ya, Yos...” kata Kartika.
“Iya, sama-sama.” Wajah Yosi masih merah padam. Dia berdiri dan pamit untuk pulang. Sementara Andin ketawa cekikikan melihat reaksi Yosi yang langsung melarikan diri tanpa penjelasan.
“Kenapa Din?dari tadi ketawa cekikikan. Ayan lo kumat?” sindir Tiara.
“Enak aja lo.” Seru Andin.
“Udah...udah...sekarang kalian bantuin aku beresin barang-barang.” Kartika menarik tangan mereka berdua. Tiara dan Andin tidak bisa melarikan diri karena tangan mungil mereka sudah berada di gengaman Kartika. Tiara dan Andin hanya bisa menanggis dalam hati.
***
“Halo Bro...napa wajah lo jadi suntuk gini?” tanya Rendy temen seperjuangan Yosi.
“Nggak pa-pa, Ren...” jawab Yosi lemas.
“Cerita donk Bro...”
“Gue lagi binggung Ren...” Yosi terdiam sejenak dan kembali melanjutkan perkataannya. “ Gue suka sama Kartika. Dari sejak pertama ketemu saat masa SMA. Tapi, gue tau kalau dia juga suka sama temen gue. Gue takut kejadian itu terulang lagi, Ren.”
“Well, temen lo nggak tau kan kalau lo suka sama cewek lo itu?”
“Ya nggak lah...”
“Ya sudah Bro...tembak aja langsung.”
“Semuanya kan butuh proses. Ayam bertelur aja ada prosesnya.” Yosi tertawa mendengar kata-kata yang keluar dari mulutnya sendiri.
***
“Tik, gue ada di depan kampus lo. Lo ada di mana?” tanya Yosi via telepon.
“Gue ada di cafe depan kampus. Lo kesini aja, ada surprisse buat lo.” Yosi berjalan menuju cafe depan. Dia melihat seorang laki-laki berkemeja putih sedang duduk membelakangi Kartika. Laki-laki itu serasa tak asing bagi Yosi. Kartika melambaikan tangannya kepada Yosi yang sedari tadi berdiri mematung di depan pintu masuk cafe.
“Kau lama sekali, Yos...” kata Kartika. “Well, lo tau siapa dia?” tambahnya. Yosi mulai melirik seorang laki-laki yang berada di sampingnya. Laki-laki yang membuat dirinya panas dalam karena terbakar api cemburu.
“Satya...” Yosi terkejut.
“Hemm, lama tak jumpa Yos...” Satya langsung memeluk Yosi.
“Aku kira kau jadi ambil beasiswa luar negerimu itu. tapi, teryata kau malah ada di sini.” Yosi tertawa bahagia, walau di hati rapuh karena mungkin kesempatan untuk mendekati Kartika tidak ada lagi untuknya.
***
“Aku seneng banget,Yos....”
“Seneng kenapa?ketemu cinta lama lo?” tanya Yosi sewot.
“Nggak cinta lama...tapi, temen lama.”
“Udah sampe rumah, Tik...gue pulang duluan.” Yosi meninggalkan Kartika sendiri. Berjalan menelusuri trotoar kota Bandung. Yosi berhenti di depan sebuah tempat karaoke keluarga. Bernyanyi sepuasnya di sana. Melepas penat yang ada dihatinya.
***
“Lo Kartika bukan?” Tanya Rendy.
“Iya, Lo siapa ya?”
“Balik nanya, Yosi lo kemanain?”
“Emang Yosi kemana?aku nggak tau.” Kartika merasa sangat cemas. Dia duduk di kursi taman dan mencoba menceritakan kejadian kemarin yang dialaminya. Dan Yosi juga mulai menceritakan perasaan Yosi kepada Kartika. Dari sejak Yosi melihat kartika saat MOS hingga sekarang.
“Benarkah itu?” tanya Kartika. Dia merasa sangat bersalah dengan Yosi. Kartika meninggalkan Rendy dan mulai berlari mencari Yosi. Terlihat Yosi sedang duduk sendirian di depan tempat karoke keluarga yang biasa di datangi oleh mereka berdua.
“Kenapa lo nggak bilang sama gue Yos?” tanya Kartika memulai pembicaraan.
“Lo kenapa Tik, bilang apaan?”
“Kenapa lo nggak bilang sama gue. Soal perasaan lo ke gue, Yos...”
“Gue nggak bisa ngeliat temen gue sakit.” Jawab Yosi pasrah.
“Tapi, gue mau lo jujur sama gue. Karena gue suka sama cowok yang jujur.”
“Gue suka sama lo. Dari sejak pertama kali gue ketemu lo, sampe sekarang...gue masih suka sama lo.” Kata Yosi dan Kartika jatuh ke pelukan Yosi sambil berbisik “Gue sayang sama lo...”
***
“Wah...ada yang baru jadian  nih kayanya?” sindir  Tiara.
“Udah diem...” Kata Kartika.
“Malah tambah mesra...” Andin sekarang yang mengambil alih sindir menyindir itu. mereka berdua hanya tertawa medengar celotehan Andin dan Tiara yang dari tadi tidak bisa berhenti, walaupun lampu merah sudah menyala sedari tadi.
***
Kartika duduk sendiri di kursi taman dekat kampus. Sejurus kemudian suara langkah kaki mulai mendekatinya. Semakin lama langkah kaki itu semakin mendekat.  Kartika membalikan badanya.
“Yah...uda ketahuan...” kata Satya lemah.
“Ulangi kak...hehe...” canda Kartika. “sendirian kakak disini?mau cari siapa?” tanyanya.
“Mau cari kamu...aku punya tiket nonton untuk dua orang, nggak ada teman...ya uda kakak ajak adek kakak aja...”
“Boleh...sekarang?”
“Iya...”
Kartika tak mengerti mengenai perasaan yang sedang dia alami. Tiba-tiba datang lagi, perasaan yang lama telah hilang. Rasa was-was pun muncul dalam hati Kartika, berharap Yosi tak melihatnya sekarang. Handphonenya berbunyi, Yosi memanggil....
“Halo...”kata Kartika lirih.
“Kamu lagi dimana beibh...”
“Lagi ngerjain tugas sama temen-temen beibh...”
“Oh...ya uda...”
            “Iyah, beibh...aku ngerjain tugas dulu yah...” Kartika mematikan handphonenya dan pergi mendekati Satya yang sejak tadi menungguianya. Nonton film yang tadinya membuatnya  gila sekarang berubah menjadi hal  yang menyenangakan dalam hidupnya.
            “Selesai juga...”  lega Kartika.
            “Belum selesai...kamu nggak laper?” tanya Satya. Tiba-tiba perut Kartika berbunyi. Kartika hanya tersenyum malu, wajahnya memerah.
            “Tuh kan...ayo  makan dulu...” Satya menarik tangan mungil Kartika dan mengajaknya makan di tempat biasa ia makan dengan Yosi.
            “Disini spaghetinya enak loh Tik, ini di coba...” sesuap spagheti mulai masuk ke mulutnya. Dari belakang seseorang sudah berdiri mematung sambil mengepal tangan menahan amarahnya.
           “Hay Bro...” sapa Satya.  Kartika mulai berbalik ke belakang. Di dapatinya Yosi yang sedang berdiri di belakangnya.
            “Oh...buat tugas ya sama Satya...sekarang kamu pilih satya atau aku...” tegasnya.
            “Ada masalah apa ini Bro?” tanya Satya.
            “Nggak papa kok, kamu tanya Tika aja...permisi...” Yosi meninggalkan Kartika dan Satya.  Satya mulai bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Dengan berat hati Satya berkata “ Kejarlah cintamu Tik, kesempatan Cuma sekali nggak akan datang dua kali.” Kartika terdiam sejenak dan tersenyum kepada Satya. Dia berlari mengejar Yosi di tempat parkir sepeda motor.
“ Yosi....” teriak Kartika. Dengan nekatnya Kartika menaikki sepeda motor Yosi.
“Tika...kalau kamu jatuh gimana.” Getak Yosi cemas.
“Biarin...kalau itu bikin kamu mau maafin aku.” Goda Katika.
“Kenapa nggak sama Satya?” tanya Yosi.
“Tika maunya sama Yosi...bukan sama kak Satya...”
Wajah Yosi memerah dan tersenyum sumringah.  Mereka berdua tersenyum-senyum sambil mengelilingi  kota Bandung yang indah.
Dear Diary 

Ketika seseorang datang dengan membawa kenyamanan dan kita tak bisa untuk melepaskanya itu cinta...
Dan ketika seseorang merelakan kita  demi kebahagian kita itu cinta...
Namun...
Ketika sebuah senyum itu hilang dan ddi gantikan dengan tawa bahagia itu adalah persahabatan...
Trimakasih Yosi, Kak Satya...kalian adalah cinta dan sahabat sejati buat Kartika...



Joseph dan Lintang 3

Diposting oleh Unknown di 21.05 0 komentar
"kapan kau akan pulang ke cina?" tanya Lintang.
"mungkin, kalau tembok besar cina runtuh...aku akan pergi kesana." joseph menatap langit biru di musim semi,  langit yang indah untuk menjadi sandaran tubuh yang lelah dengan kehidupan yang selalu berputar ini. "musim semi akan segera berakhir Lintang..."  Joseph menutup mata sembari menghela nafas panjang.
"Dan...akan tergantikan dengan musim panas bukan?"
"iya..." joseph tertawa cekikikan  dan membuka mata perlahan.
"kenapa kamu tertawa?" tanya lintang penasaran.
"aku sedang membayangkan perempuan Indonesia memakai bikini di pantaio saat musim panas...sungguh aneh."
"ahh~ teryata pikiranmu yang kotor..." Lintang sedikit agak jengkel dengan candaan Joseph. "kami mengenal adat timur..bukan barat..kami tau mana yang harus dijaga sebagai seorang perempuan"
"maaf..."
"Sebenarnya kamu berasal darimana Joseph?"
"Emm~ aku berasala dari negeri yang jauh...." canda joseph lagi. untuk kali ini Lintang tak bisa membendung rasa jengkelnya kepada joseph.
"Kau ini, tidak bisa serius sedikit?" tanya lintang manyun.
"hahaha, maaf...Ayahku keturunan Jawa, Ibuku keturunan Cina...dan kami tinggal di Jerman. mungkin ke dua negara tidak menerima kami. jadi kami tinggal disini." jelasnya.
"Jadi, pernah ke Indonesia?" Lintang mulai penasaran dengan sosok laki-laki yang ada didepannya.
"Pernah...aku suka disana...alamnya indah..."
"Indonesia memang indah..."
mereka terdiam sambil menatap langit biru, mengingat vsetiap jengkal kenangan yang mereka lalui, setiap jengkal kata-kata yang mereka ucapkan dan dengarkan.

***
Ms. Jones taught me English, but I think I just shot her son, Cause he owed me money, with a bullet in the chest you cannot run, Now he's bleeding in a vacant lot, The one in the summer where we used to smoke pot, I guess I didn't mean it, But man you shoulda seen itHis flesh explode

Slow motion, See me let go, We tend to die young, Slow motion, See me let go, What a brother knows, Slow motion, See me let go

"Kau suka Third Eye Blind?" tanya Lintang.
"ya..aku suka..." jawab Joseph sambil memegang gitar yang berada ditangannya.
"aku juga suka...Slow motion..see me let go..." Lintang menyayikaan sepenggal lirik lagu Third Eye Blind-Slow Motion,"Joseph, kau bisa main gitar?"
"Kau bisa lihat aku sedang apa?" Joseph menujukn permainan gitaarnya kepada Lintang.
"aku cuma bercanda..."
"kau tahu, Indonesia sangat kaya...kayu gitar ini berasal dari sana." kata Joseph ," gitaar ini terbuat dari Kayu Lasi yang mempunyai kekeringan yg bagus dan berat jenis yg tergolong tidak terlalu berat. kayu ini tumbuh di area sekitar Sulawesi dan Nusa Tenggara." jelasnya panjang lebar.
"Bukanya ini Kayu Mahoni?" balas Lintang ,"ini ada tulisanya pabrik Gibson, bukanya produk mereka terbuat dari kayu maahoni?" Lintang tersenyum kecil karena Joseph si jenius kalah pengetahuan denganya.
"Iya, coba kamu lihat warnanya, kuning tua , dengan corak bunga sedang dengan serat berpadu ...coba ketuk bodynya...kekerasanya sedang." Joseph tersenyum dan mengelus kepala Lintang. "Mau bernyanyi denganku?" Joseph menawarkan diri untuk bermain gitar dan bernyanyi bersama Lintang. Malam ini indah ketika musim panas akan datang. alunan lembut akustik dan nyanyian yang indah menyambut musim panas yang akan datang besok.
Slow motion, See me let go, We'll remember these days, Slow motion, See me let go, Urban life decay's, Slow motion, See me let go...

Joseph dan Lintang 2

Diposting oleh Unknown di 21.03 0 komentar
Lintang duduk bersandar dibawah pohon  depan kampusnya. Membolak- balik halaman demi halaman buku dan terpesona atas apa yang telah dia temukan didalamnya.

“Sejak kapan kau disana?” Lintang menajamkan penglihatanya kea rah belakang.
“ Saya Joseph…” Joseph berkata lirih.
“Joseph?” Lintang penasaran dan menutup buku tebalnya.
“Iya…Zhan Bingjiang?sudah ingat kah?” tanyanya, “Kau sedang membaca apa?” Joseph mendekati Lintang perlahan.
“Joseph…bagaimana anda bisa tahu kalau saya sedang disini?” Tanya lintang penasaran. “Jerman sangat luas..” tambahnya.
“Apa yang bisa saya ketahui, Apa yang bisa saya lakukan, dan apa yang bisa saya harapkan…?” Joseph duduk di dekat Lintang, dan mengambil buku yang dibawa lintang sembari membaca dan menujukan kalimat dibuku itu. lintang menatap heran secerdas apakah orang ini…sampai halaman bukupun dia mampu menghafalnya.
“Bagaimana bisa anda tahu?”
“Siapa yang tak kenal Immanuel kant, nona…” godanya lirih.
“Hem…”
“Seluruh penjuru  Jerman pun tahu filosofinya…” candanya.
“Apa yang dapat diketahui oleh manusia hanya dipersepsi dan ilusi, semua yang dilakukan oleh manusia imperative, dan yang dapat diharapkan oleh manusia adalah akal dan budinya.” Lintang mengambil buku itu dan membolak-balik halaman yang telah dibacanya.
“Saya sudah tahu, halaman 76…” Lintang membuka halaman 76 yang dikatakan oleh Joseph. Dan benar yang  ia katakan pria oriental itu.
“Anda begitu jenius…mungkinkah anda titisan dari Albertus Magnus atau Hegel atau Kalr Marx atau Engels atau bahkan Habermas?”
“hahaha, saya keturunan atau…nona..”  Joseph tersenyum kea rah lintang.
“Atau…keturunan Joseph Aspidin…” Lintang membalas senyum pria oriental itu.
***

Joseph dan Lintang

Diposting oleh Unknown di 21.01 0 komentar
Hari ini kedai kopi lengang, sepi pengunjung. Layaknya seseorang yang kehausan, Lintang menyeruput kopi panasnya dengan penuh semangat. Matanya yang berbinar-binar menandakan malam ini dia akan merasa lebih ringan karena semua masa...lah dalam hidupnya mungkin akan teratasi di sana.

Kling..kling..

Seorang pria memasuki kedai kopi kecil itu, berwajah oriental dengan membawa tas tabung kecil, seperti tas tabung tempat para arsitek menyimpan gambar-gambarnya.

"Anda seorang arsitek?" tanya Lintang memulai pembicaraan.

"Ya, mungkin saja." Pria itu menghisap rokoknya lalu memainkannya dengan jari-jarinya. Dia menatap Lintang dengan tajam namun tetap ramah lalu bertanya "Anda siapa?"

"Saya Lintang, Anda?" Lintang menghirup kopinya.

"Joseph." Kata-kata pria itu lembut dan terkesan ramah.

"Joseph? Saya kira Anda bernama Zhan Bingjiang." Lintang memulai candaan, menunjukkan senyumnya.

"Nama saya Joseph Aspidin, sama seperti penemu semen Portland tahun 1824. Zhan Bingjiang adalah ilmuan yang menemukan semen dari ketan di tembok china. Mungkin kelak saya akan menamai anak saya Zhang Bingjiang." kata Joseph, melanjutkan candaan yang dikatakan Lintang.

"Anda sudah beristri?" tanya Lintang datar.

"Belum. Belum pernah terlintas di kepala untuk mempunyai istri. Hati sudah mengeras seperti tersiram air." katanya, dengan nada yang mempesona.

"Bahkan hati anda seperti semen." Lintang tertawa.

"Terkadang campuran air dan semen mampu menjadi pasta untuk menyatukan pasir dan kerikil. Tapi terkadang pasta membuat mereka menjadi keras, sekeras batu. Hanya akan retak karena kuat tarik yang rendah. Bukankah begitu, Nona Lintang?" Joseph memandang ke arah Lintang,

"Mungkin seperti itulah hidup." Lintang mengangguk lemah. Joseph menghisap rokoknya. Lintang tersenyum ke arah Joseph. Tapi di dalam kepalanya, Lintang sibuk menerjemahkan kata-kata pria oriental itu.
 

Kopi Gudeg Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting